Thursday, April 15, 2010

Versi baru Visual Basic

Terdapat tiga buah versi Visual Basic yang dirilis hingga bulan Agustus 2007, yakni:
Visual Basic .NET 2002 (VB 7.0)

Versi pertama dari Visual Basic .NET adalah Visual Basic .NET 2002 yang dirilis pertama kali pada bulan Februari 2002. Visual Basic .NET 2002 merupakan sebuah bahasa pemrograman visual yang berbasis bahasa BASIC (sama seperti halnya Visual Basic 6.0, tetapi lebih disempurnakan dan lebih berorientasi objek), dan didesain untuk berjalan di atas Microsoft .NET Framework versi 1.0.

Versi 7.0 ini dirilis bersamaan dengan Visual C# dan ASP.NET. Bahasa C#, yang dianggap sebagai jawaban terhadap Java, mendapatkan perhatian yang lebih banyak dibandingkan dengan VB.NET yang kurang begitu banyak diulas. Hasilnya, sedikit orang di luar komunitas Visual Basic yang memperhatikan VB.NET. Versi pertama ini kurang mendapat sambutan yang bagus dari para programmer, dan pada saat itu, program berbasis Visual Basic 6.0 sedang marak-maraknya dibuat. Para programmer yang mencoba Visual Basic .NET untuk pertama kali akan merasakan bahwa Visual Basic .NET sangatlah berbeda dibandingkan dengan Visual Basic sebelumnya. Contoh yang paling mudah adalah runtime engine yang lebih besar 10 kali lipat dibandingkan Visual Basic 6.0, dan juga meningkatkan beban di memori.
Visual Basic .NET 2003 (VB 7.1)

Selanjutnya, pada bulan Maret 2003, Microsoft pun merilis lagi versi yang lebih baru dari Visual Basic .NET, Visual Basic .NET 2003. Versi ini berisi beberapa perbaikan dibandingkan dengan versi sebelumnya, dan aplikasi yang dibuatnya dapat berjalan di atas .NET Framework versi 1.1. Fitur yang ditambahkan adalah dukungan terhadap .NET Compact Framework dan mesin wizard upgrade VB6 ke VB.NET yang telah ditingkatkan. Peningkatan yang lainnya adalah peningkatan pada performa dan keandalan dari Integrated Development Environment (IDE) Visual Basic itu sendiri, dan juga runtime engine.

Visual Basic .NET 2003 tersedia dalam beberapa jenis cita rasa: Professional, Enterprise Architect dan Academic Edition. Khusus untuk Visual Basic .NET 2003 Academic Edition, versi tersebut didistribusikan secara gratis untuk beberapa sekolah di dalam setiap negara; versi Professional dan Enterprise Architect merupakan produk komersial.
Visual Basic 2005 (VB 8.0)

Setelah itu, Microsoft pun berkonsentrasi dalam mengembangkan Microsoft .NET Framework 2.0, dan tentunya alat bantu untuk membangun program di atasnya. Hingga pada tahun 2005, mereka pun merilis versi terbaru dari Visual Basic .NET, yang kali ini disebut dengan Visual Basic 2005 (dengan membuang kata ".NET"), bersama-sama dengan beberapa aplikasi pengembangan lainnya.

Untuk rilis 2005 ini, Microsoft menambahkan beberapa fitur baru, di antaranya adalah:

* Edit and Continue
Fitur ini sebelumnya terdapat di dalam Visual Basic, akan tetapi dihapus di dalam Visual Basic .NET. Dengan keberadaan fitur ini, para programmer dapat memodifikasi kode pada saat program dieksekusi dan melanjutkan proses eksekusi dengan kode yang telah dimodifikasi tersebut.
* Evaluasi ekspresi pada saat waktu desain
* Munculnya Pseudo-Namespace "My", yang menyediakan:
o Akses yang mudah terhadap beberapa area tertentu dari dalam .NET Framework yang tanpanya membutuhkan kode yang sangat signifikan.
o Kelas-kelas yang dibuat secara dinamis (khususnya My.Forms).
* Peningkatan yang dilakukan terhadap konverter kode sumber dari Visual Basic ke Visual Basic .NET.
* Penggunaan kata kunci (keyword) Using, yang menyederhanakan penggunaan objek-objek yang membutuhkan pola Dispose untuk membebaskan sumber daya yang sudah tidak terpakai.
* Just My Code, yang menyembunyikan kode reusable yang ditulis oleh alat bantu Integrated Development Environment (IDE) Visual Studio .NET.
* Pengikatan sumber data (Data Source binding), yang mampu mempermudah pengembangan aplikasi basis data berbasis klien/server.

Fungsi-fungsi yang tersebut di atas (khususnya My) ditujukan untuk memfokuskan Visual Basic .NET sebagai sebuah platform pengembangan aplikasi secara cepat dan "menjauhkannya" dari bahasa C#.

Bahasa Visual Basic 2005 memperkenalkan fitur-fitur baru, yakni:

* Bawaan .NET Framework 2.0:
o Generics
o Partial class, sebuah metode yang dapat digunakan untuk mendefinisikan beberapa bagian dari sebuah kelas di dalam sebuah berkas, lalu menambahkan definisinya di lain waktu; sangat berguna khususnya ketika mengintegrasikan kode pengguna dengan kode yang dibuat secara otomatis.
o Nullable Type
* Komentar XML yang dapat diproses dengan menggunakan beberapa alat bantu seperti NDoc untuk membuat dokumentasi secara otomatis.
* Operator overloading
* Dukungan terhadap tipe data bilangan bulat tak bertanda (unsigned integer) yang umumnya digunakan di dalam bahasa lainnya.

[sunting] Visual Basic 9.0 (Visual Basic 2008)

Versi ini merupakan versi terbaru yang dirilis oleh Microsoft pada tanggal 19 November 2007, bersamaan dengan dirilisnya Microsoft Visual C# 2008, Microsoft Visual C++ 2008, dan Microsoft .NET Framework 3.5.

Dalam versi ini, Microsoft menambahkan banyak fitur baru, termasuk di antaranya adalah:

* Operator If sekarang merupakan operator ternary (membutuhkan tiga operand), dengan sintaksis If (boolean, nilai, nilai). Ini dimaksudkan untuk mengganti fungsi IIF.
* Dukungan anonymous types
* Dukungan terhadap Language Integrated Query (LINQ)
* Dukungan terhadap ekspresi Lambda
* Dukungan terhadap literal XML
* Dukungan terhadap inferensi tipe data.
* dukungan terhadap 'LINQ'

Hubungan dengan Visual Basic klasik

Apakah Visual Basic .NET dianggap sebagai sebuah versi Visual Basic atau benar-benar bahasa yang berbeda merupakan sebuah topik perdebatan yang hangat. Hal ini dikarenakan sintaksis bahasa Visual Basic .NET tidak mengalami perubahan yang sangat drastis, dan hanya menambahkan beberapa dukungan fitur baru seperti penanganan eksepsi secara terstruktur dan ekspresi yang bisa di-short-circuit-kan. Dua perubahan tipe data pun terjadi saat berpindah ke Visual Basic .NET. Dibandingkan dengan Visual Basic 6.0, tipe data Integer yang dimiliki oleh Visual Basic .NET memiliki panjang dua kali lebih panjang, dari 16 bit menjadi 32 bit. Selain itu, tipe data Long juga sama-sama berubah menjadi dua kali lipat lebih panjang, dari 32 bit menjadi 64 bit. Bilangan bulat 16-bit dalam Visual Basic .NET dinamakan dengan Short. Lagi pula, desainer GUI Windows Forms yang terdapat di dalam Visual Studio .NET atau Visual Basic .NET memiliki gaya yang sangat mirip dengan editor form Visual Basic klasik.

Jika sintaksis tidak banyak yang berubah, lain halnya dengan semantik, yang berubah secara signifikan. Visual Basic .NET merupakan sebuah bahasa pemrograman yang mendukung fitur "Bahasa Pemrograman Berorientasi Objek" secara penuh, karena memang didukung oleh arsitektur Microsoft .NET Framework, yang mengandung kombinasi dari Common Language Runtime dan Base Class Library. Visual Basic klasik, hanya merupakan sebuah bahasa pemrogaman berbasis objek, yang berjalan di atas arsitektur Component Object Model (COM).

Perubahan ini telah mengubah banyak asumsi tentang hal yang benar yang harus dilakukan dengan mempertimbangkan performa dan kemudahan untuk dipelihara. Beberapa fungsi dan pustaka perangkat lunak, yang ada di dalam Visual Basic klasik, kini tidak terdapat di dalam Visual Basic .NET; mungkin masih banyak yang masih terdapat di dalam Visual Basic .NET, tapi tidak seefisien apa yang ditawarkan oleh .NET Framework. Bahkan jika program Visual Basic klasik bisa dikompilasi dengan benar, sebagian besar program Visual Basic klasik harus melalui beberapa proses refactoring untuk mengadopsi fitur bahasa baru secara keseluruhan. Dokumentasi untuk ini pun tersedia di situs Microsoft[1].
[sunting] Contoh Pemrograman

Contoh program sederhana dalam bahasa Visual Basic .NET yang dipakai untuk menghitung jumlah pembayaran dari m_item buah barang dengan harga m_price per item ditambah 5% pajak penjualan: [2].

Dim m_item, m_price, tax, total As double
m_item = double.Parse(textBox1.Text)
m_price = double.Parse(textBox2.Text)
tax = 0.05
total = m_item * m_price * (1 + tax)
label5.Text = total.ToString()
MessageBox.Show("Well Done.")

Berikut ini adalah contoh lain dari program Visual Basic yang menggunakan objek CheckBox dan ComboBox untuk menghitung jumlah kredit mata kuliah yang diambil oleh seorang mahasiswa (masing-masing mata kuliah = 3 kredit):

Dim total As Integer
total = 0 ' awal dari jumlah kredit total
If (CheckBox1.Checked = True) Then 'boleh memilih semua checkbox
total += 3
End If
If (CheckBox2.Checked = True) Then
total = total + 3
End If
If (CheckBox3.Checked = True) Then
total = total + 3
End If
If (ComboBox1.SelectedIndex = 0) Then 'hanya bisa memilih satu
total = total + 3
ElseIf (ComboBox1.SelectedIndex = 1) Then
total = total + 3
ElseIf (ComboBox1.SelectedIndex = 2) Then
total = total + 3
End If
Label3.Text = CStr(total) ' hasil kredit total yang diambil

Microsoft Visual Basic



Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB saja) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang bersifat event driven dan menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program aplikasi berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman Common Object Model (COM). Visual Basic merupakan turunan bahasa BASIC dan menawarkan pengembangan aplikasi komputer berbasis grafik dengan cepat, akses ke basis data menggunakan Data Access Objects (DAO), Remote Data Objects (RDO), atau ActiveX Data Object (ADO), serta menawarkan pembuatan kontrol ActiveX dan objek ActiveX. Beberapa bahasa skrip seperti Visual Basic for Applications (VBA) dan Visual Basic Scripting Edition (VBScript), mirip seperti halnya Visual Basic, tetapi cara kerjanya yang berbeda.

Para programmer dapat membangun aplikasi dengan menggunakan komponen-komponen yang disediakan oleh Microsoft Visual Basic Program-program yang ditulis dengan Visual Basic juga dapat menggunakan Windows API, tapi membutuhkan deklarasi fungsi eksternal tambahan.

Dalam pemrograman untuk bisnis, Visual Basic memiliki pangsa pasar yang sangat luas. Dalam sebuah survey yang dilakukan pada tahun 2005, 62% pengembang perangkat lunak dilaporkan menggunakan berbagai bentuk Visual Basic, yang diikuti oleh C++, JavaScript, C#, dan Java.


Sejarah

Bill Gates, pendiri Microsoft, memulai bisnis softwarenya dengan mengembangkan interpreter bahasa Basic untuk Altair 8800, untuk kemudian ia ubah agar dapat berjalan di atas IBM PC dengan sistem operasi DOS. Perkembangan berikutnya ialah diluncurkannya BASICA (basic-advanced) untuk DOS. Setelah BASICA, Microsoft meluncurkan Microsoft QuickBasic dan Microsoft Basic (dikenal juga sebagai Basic Compiler).

Sejarah BASIC di tangan Microsoft sebagai bahasa yang diinterpretasi (BASICA) dan juga bahasa yang dikompilasi (BASCOM) membuat Visual Basic diimplementasikan sebagai gabungan keduanya.

Programmer yang menggunakan Visual Basic bisa memilih kode terkompilasi atau kode yang harus diinterpretasi sebagai hasil executable dari kode VB. Sayangnya, meskipun sudah terkompilasi jadi bahasa mesin, DLL bernama MSVBVMxx.DLL tetap dibutuhkan. Namun karakteristik bahasa terkompilasi tetap muncul (ia lebih cepat dari kalau kita pakai mode terinterpretasi).

Pemrograman Berorientasi Objek (OOP)

Visual Basic merupakan bahasa yang mendukung OOP, namun tidak sepenuhnya. Beberapa karakteristik obyek tidak dapat dilakukan pada Visual Basic, seperti Inheritance tidak dapat dilakukan pada class module. Polymorphism secara terbatas bisa dilakukan dengan mendeklarasikan class module yang memiliki Interface tertentu. Visual Basic (VB) tidak bersifat case sensitif.

Desain Visual dan Komponen

Visual Basic menjadi populer karena kemudahan desain form secara visual dan adanya kemampuan untuk menggunakan komponen-komponen ActiveX yang dibuat oleh pihak lain. Namun komponen ActiveX memiliki masalahnya tersendiri yang dikenal sebagai DLL hell. Pada Visual Basic .NET, Microsoft mencoba mengatasi masalah DLL hell dengan mengubah cara penggunaan komponen (menjadi independen terhadap registry).

Thursday, April 8, 2010

DODAIDI, more than songs of Lullaby


Berdasarkan namanya, Dodaidi berasal dari dua kata dalam bahasa Aceh, yaitu doda dan idi. Doda atau peudoda yang berarti bergoyang. Dan idi atau dodi yang berarti berayun.

Lagu-lagu dari Dodaidi adalah puisi tradisional Aceh. Serupa dengan puisi tradisional Aceh lainnya yang lebih tua, umumnya pencipta dan pengarang lagu dari Dodaidi tidak diketahui (anonim).
Lagu-lagu dari Dodaidi yang disusun dalam empat baris dari setiap kuplet dengan sajak a-a-a-a atau a-b-a-b. Dalam beberapa kasus seluruh baris memiliki makna berdiri sendiri, sementara pada orang lain makna dan maksud dari baris tersebut dijelaskan dalam dua baris terakhir, meninggalkan dua baris pertama tanpa interpretasi langsung. Kedua contoh di bawah ini menunjukkan perbedaan dari kedua bentuk.

Lailahaillallah

Nabiyullah ka neuwafeut

Leupah nabi neuwoe bak Tuhan

Tinggai Kuru`an deungon seulawuet

Do idi ku doda idang

Geulayang blang ka putoh taloe

Rayeuk sinyak Banta Seudang

Jak bantu prang ta bela nanggroe


( La ilaha illa'llahu

Nabi Allah telah meninggal dunia

Setelahnya Nabi kembali kepada Allah

Meninggalkan Al-Quran dengan Shalawat

Do idi ku doda idang

Layang-layang di langit terputus talinya

Cepatlah besar wahai anakku, oh Banta Seudang!

Ikut bantu berperang untuk membela bangsa )


Lirik lagu dari Dodaidi untuk orang-orang Aceh tidak hanya sebagai lagu nina bobo pengantar tidur untuk mengirim anak-anak tidur, tetapi juga memiliki tujuan lain tertentu. Sebagai masyarakat yang religius, Aceh juga menggunakan lagu sebagai media pendidikan agama bagi anak-anak. Selanjutnya beberapa lagu berisi epik dengan harapan dan bujukan dari ibu atau ayah kepada bayinya untuk mengambil bagian dalam perang suci (Syahid) di masa mendatang.


Konsep dasar pendidikan Islam menganggap bahwa proses pendidikan mulai dari bayi usia dini sampai kematian seseorang. Mungkin konsep pendidikan seumur hidup ini telah mengilhami tradisi Aceh untuk menambahkan pesan pendidikan dalam lagu Dodaidi. Tentu saja, metode ini juga diakui dalam konsep pendidikan modern seperti yang diterapkan dalam gaya bermain-kelompok melalui lagu pengantar tidur yang berbeda.

Dalam Islam, memperkenalkan pendidikan agama adalah kewajiban bagi orang tua. Itulah sebabnya pesan agama selalu ditemukan dalam lagu Dodaidi. Konsep tujuan yang utama adalah untuk memperkenalkan anak-anak dengan Allah dan ajaran-ajaran Islam. Oleh karena itu umumnya semua lagu dari Dodaidi diawali oleh nama-nama Allah, seperti "Allah hai dodaidi". Sedangkan yang lainnya dimulai dengan frasa lengkap melafadzkan ke-Esaan Allah, seperti, “Laa Ilaaha Illallah”, tidak ada Tuhan selain Allah.

Meskipun lagu-lagu yang termasuk kategori lagu anak-anak, dengan bentuk yang sederhana, tetapi tidak berarti bahwa isi lagu-lagu yang begitu mudah dimengerti oleh anak-anak. Dalam beberapa kasus, kita juga dapat menemukan konsep-konsep tasawuf dalam lagu. Tentu saja lagu-lagu seperti ini perlu apresiasi mendalam untuk menafsirkannya dan menikmatinya.


Laa Ilaaha Illallah

Kalimat Thayibah bekai ta mate

Meunyo han ek le takheun ngon lidah

Allah, Allah di dalam hate


( Laa Ilaaha Illallah

Kalimat Thayibah bekal di waktu mati

Jika tidak bisa melafalkannya dengan lidah

Allah, Allah di dalam hati )


Dengan lagu jenis ini, anak-anak terbiasa dengan sesuatu yang berhubungan dengan Islam melalui sajak dari lagu. Tentu saja, mereka akan menghargai orang tua mereka dan bangga jika mereka dapat menyanyikan lagu dengan lancar. Namun anak-anak serta kekaguman dari orang tua mereka, kadang-kadang kekaguman ini juga disajikan dalam lagu-lagu dari Dodaidi seperti ditunjukkan di bawah dalam kalimat pertama.

Oh rayeuk gata, bungong jeumpa, aneuk rupawan

Meubek talawan, aneuk badan ayah deungon ma.


( Oh kapankah engkau tumbuh besar, Bunga Cempaka, anakku rupawan

Janganlah membangkang, belahan jiwa ibu dan ayah )


Dalam kasus lain, ibu secara emosional juga dapat mengekspresikan pesimis tentang masa depan anaknya karena kelemahannya dalam sosial atau ekonomi dibandingkan dengan orang lain.


Allah hai do doda idi

Boh gadong bi boh kayee uteun

Rayeuk sinyak hana peue ma bri

Ayeb ngon keuji ureung donya kheun.


( Allah hai do doda idi

Buah gadong dan buah-buahan kayu dari hutan

Cepat besar anakku, tapi tak ada yang dapat ibu berikan

Aib dan keji orang mengatakan )


Pesimis ini juga dapat merangsang ibu untuk mendukung anaknya membantu masyarakat atau bangsa, semisal dalam perang suci seperti yang ditunjukkan di bawah ini.

Allah hai do doda idang

Seulayang blang ka putoh taloe

Beurijang rayeuk muda seudang

Tajak bantu prang tabela nanggroe.


( Allah hai do doda idang

Layang-layang di langit telah putus talinya

Cepatlah besar anakku, oh Banta Seudang!

Ikut bantu berperang untuk membela bangsa)


Pada contoh di bawah dapat disimpulkan bahwa ibu juga dapat mendukung suatu semangat luar biasa kepada anaknya


Wahee aneuk meubek taduek le

Beudoh saree tabela bansa

Bek tatakot keu darah ilee

Adak pih mate poma ka rela.


( Bangunlah anakku, janganlah duduk kembali

Berdiri bersama pertahankan bangsa

Jangan pernah takut walaupun darah harus terbuang

Sekiranya engkau mati, ibu telah rela)


Pada contoh selanjutnya sang ibu menggambarkan akan bayang-bayang kampung halaman kepada anak. Agar sekiranya nanti merantau jauh kemanapun juga supaya ingat kembali ke kampung halaman.


Allah hai Pho Ilaahon haq

Gampong jara` hantroh loen woe

Adakna bulee ulon teureubang

Mangat rijang trok u nanggroe


( Allah itu Tuhan Yang Benar

Kampung yang jauh tiada tara, aku akan pulang

Andaikan punya sayap aku kan terbang

Agar lekas sampai di kampung halaman )


Dapat dikatakan bahwa lagu tersebut sangat menggelisahkan dan mengeksploitasi anak-anak dalam gerakan politik. Namun, itu benar, puisi tradisional Aceh hampir tidak dapat dipisahkan secara jelas antara tujuan estetika dan politik. Salah satu contoh yang mendukung argumen ini adalah Hikayat Prang Sabi (The Holy War Epic) yang ditulis oleh Teungku Chik Pante Kulu di pertengahan abad ke-19. Epik ini membakar jiwa semua generasi muda Aceh untuk berpartisipasi dalam Perang Aceh (1873-1942) melawan kolonialisme Belanda dan penjajah Jepang selama 1942 sampai 1945. Ada kemungkinan bahwa lagu-lagu Dodaidi disusun untuk tujuan yang sama, tetapi bentuk dan kata-kata yang digunakan dalam lagu-lagu disesuaikan pada bahasa anak-anak dibandingkan dengan Hikayat Prang Sabi. Ketika Hikayat Prang Sabi telah membakar darah muda Aceh untuk berpartisipasi secara penuh dalam perang suci, lagu-lagu Dodaidi setidaknya dapat mempengaruhi ideologi anak-anak Aceh untuk mendukung mereka.

Beberapa orang mungkin tidak setuju dengan jenis puisi yang mengandung tujuan politik, terutama bagi mereka yang dapat merangsang orang untuk terlibat dalam misi tertentu, seperti perang suci.
Namun titik estetika kami juga tidak bisa mengabaikan pandangan yang terkandung dalam puisi. Itulah sebabnya kami membutuhkan lebih banyak penelitian untuk menemukan rahasia di balik seperti puisi tradisional Aceh. Dengan cara ini, puisi tradisional Aceh seperti lagu-lagu Dodaidi dan yang lainnya dapat untuk terus memupuk semangat berkebudayaan. Ini akan menjadi penting ketika puisi sejenis yang telah dilupakan oleh masyarakat mereka karena terpengaruh oleh modernisasi.

JaLan Lagi. Speck van Licht oude herinneringen.


Minggu, 01 Nopember 2009 mengawali langkah kami untuk kembali ke masa pra sejarah, masa colonial, sampai masa kemerdekaan bangsa ini. Kami bergerak menuju ke Kawasan Wisata Kota Tua Jakarta sebagai upaya kami dalam mengambil bahan tugas kampus untuk presentasi mata kuliah Character Building atau yang biasa kami sebut “Cabul”.


Berangkat dari Kota Tangerang pukul 07.00 pagi saya, Ame, Neng, Romy, Luthfia, dan Win meluncur mengendarai sepeda motor membelah jalan beraspal menuju Kota Jakarta. 1 jam perjalanan akhirnya kami tiba di Museum Sejarah Jakarta. Disini kami akan mengambil info tentang karakter orang-orang tua kita dahulu mulai dari masa pra sejarah hingga perjuangan dan kegigihan mereka dalam merebut kemerdekaan bangsa, serta kami juga mengambil info seberapa minat dan antusias anak muda sekarang untuk ikut melestarikan sejarah dengan mengunjungi museum.


Berhubung ketika kami datang museum belum menerima kunjungan, seperti biasanya kami beria-ria di depan kamera. Sekaligus mengambil gambar beberapa bangunan yang masih kokoh berdiri meski beban zaman terus menghinggapi bangunan di kawasan wisata ini meski sebagian lainnya telah hancur dimakan usia.


Di lapangan depan museum atau yang disebut Staadhuisplein pada era penjajahan, ramai dipenuhi oleh mereka yang masih setia dengan museum atau mereka yang asyik saja menikmati seni arsitektur colonial atau mereka yang tengah mengambil foto untuk acara pernikahan mereka atau yang biasa kita kenal dengan sebutan pre wedding.


Begitu pintu museum dibuka kami bergegas masuk ke dalamnya. Dengan menunjukkan kartu mahasiswa kami dapat separuh harga tiket masuk. Semua tempat wisata di Jakarta yang dikelola oleh Pemerintah Jakarta pasti memberikan harga khusus untuk kalangan pelajar dan mahasiswa. Kami langsung menyewa seorang pemandu wisata atau tour guide untuk memandu kami berkeliling ke seluruh isi museum sekaligus kami akan menggali info tentang kesehariannya.


Kami diajaknya berkeliling museum, dan dijelaskan secara terperinci dari setiap benda-benda bersejarah yang terdapat di dalam museum. Sesekali kami juga bertanya tentang keseharian beliau, dan pekerjaan yang dilakukannya. Kami lupa nama tour guide yang satu ini, hanya saja kami memanggil dirinya dengan sebutan Abang. Sosok yang ramah, low profile, mudah berbaur dengan kami, sederhana, dan senang menerima masukan yang kami berikan.


Dalam peta lama Batavia, Gedung Museum Sejarah Jakarta pada zaman VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie ) atau Perserikatan Dagang Hindia Belanda ini merupakan gedung Staadhuis atau Balaikota. Didirikan oleh Jendral Jan Pieterzoon Coen, seorang pendiri Batavia. Staadhuis ini terletak di selatan Staadhuisplein atau lapangan Balaikota. Di bagian timur berbatasan dengan Tijgersgracht atau Terusan macan yang kini dikenal sebagai Jalan Lada dan Jalan Pos Kota. Sedangkan di bagian barat berbatasan dengan De Binnen Nieuw Poortstraat, atau yang sekarang lebih dikenal dengan Jalan Pintu Besar Utara.


Pada tanggal 25 Januari 1701 gedung Balaikota Lama dibongkar dan dibangun gedung baru seperti yang ada sekarang ini. Pembangunan gedung berada dibawah kepemimpinan Pemerintah Gubernur Jendral Joan van Hoorn, hingga pembangunan diselesaikan dibawah Pemerintah Gubernur Jendral Abraham van Riebeeck pada tanggal 10 Juli 1710. selain sebagai Staadhuis atau Balaikota, gedung ini juga menjadi Raad van Justitie atau Dewan Pengadilan dan juga sebagai College van Schepen atau Dewan Kotapraja yang memnangani berbagai perkara pidana dan perdata antar warga Batavia. Bagi para terdakwa suatu perkara yang akan diadili diharuskan mendekam dalam penjara bawah tanah dengan tangan dirantai. Bagi yang terbukti melakukan kejahatan atau dianggap memberontask terhadap Pemerintah Belanda maka salah satu hukuman yang diberlakukan adalah hukuman gantung didepan Staadhuis. Seperti umumnya gedung-gedung balaikota yang terdapat di Eropa yang dilengkapi lapangan, Staadhuis ini juga memiliki lapangan dengan nama Staadhuisplein.


Tahun 1937 Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia. Yayasan kemudian membeli gedung perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 atau gedung Museum Wayang sekarang ini. Gedung tersebut dibangun kembali sebagai Oud Batavia Museum atau Museum Batavia Lama dan pada tahun 1939 dibuka untuk umum. Pada mas Kemerdekaan Indonesia, nama museum berubah nama menjadi Museum Djakarta lama dibawah naungan Lembaga Kebudayaan Indonesia. Tahun 1968 Museum Jakarta Lama diserahkan kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan pada tahun 1970 gedung ini mengalami pemugaran. Kemudian pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Ali Sadikin - Gubernur DKI Jakarta saat itu, diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta. Dan beliau mencanangkan Program revitalisasi Kota Tua. Dan ditahun 1973 Pemerintah DKI Jakarta mengganti nama lapangan Staadhuisplein menjadi Taman Fatahillah untuk mengenang Panglima Fatahillah pendiri Kota Jakarta. Dan museum ini pun lebih dikenal di kalangan masyarakat luas dengan nama Museum Fatahillah. Secara umum, kawasan Kota Tua mempunyai luas 864 hektar yang mencakup wilayah Jakarta Kota dan sekitarnya. Mulai dari seputaran Kawasan Glodok hingga Pelabuhan Sunda Kelapa yang berada di Muara Angke – Jakarta Utara. Dan museum yang terletak di Jakan Taman Fatahillah No. 2 jakarta Barat ini sendiri mempunyai luas lebih dari 1.300 meter persegi.


Di bagian taman dalam gedung museum terdapat sebuah patung Dewa Hermes, perlambang Dewa Keberuntungan, Dewa Pelindung Kaum Pedagang dan Dewa Pengirim Berita dalam kepercayaan Mitologi Yunani. Patung ini diberikan oleh keluarga Ernest Stolz kepada Pemerinta Batavia sebagai ucapan terima kasih atas kesempatan yang diperolehnya untuk dapat berdagang di Hindia Belanda.


Salah satu dari peninggalan bersejarah lainnya yaitu Meriam Si Jagur. Dibuat di Macao – Republik Rakyat Cina. Meriam kemudian dibawa ke Malaka – Malaysia, ketika armada Portugis saat itu berhasil menguasai wilayah Malaka. Tahun 1641 armada Belanda kemudian membawa meriam ini ke Batavia. Meriam Si Jagur memiliki berat 3,5 ton dan panjang badan meriam 3,84 meter dengan diameter laras 25 sentimeter. Ada rumor yang beredar bahwa meriam ini melabangkan kesuburan, karena bentuk pucuk meriamnya yang berupa tangan manusia, atau dari tulisan yang terdapat di badan meriam yang bertuliskan Ex me ipsa renata sum yang berarti Dari diriku sendiri, aku dilahirkan lagi.


Dibagian bawah gedung Musium jakarta terdapat bunker yang digunakan sebagai kamar tahanan. Berukuran 3x3 meter dengan ketinggian hanya sekitar 1 meter ini dapat menampung beberapa orang narapidana. Ketebalan tembok tahanan mampu menahan kokoh dari desingan peluru senjata api. Bunker ini tidak memiliki pintu seperti penjara pada umumnya saat ini, para tahanan akan dirantai kedua kaki dan kedua tangannya dan diikatkan oleh sebuah bola-bola beton yang sangat berat.


Selesai mewawancarai dan berkeliling museum kami istirahat sejenak sambil menikmati jajanan yang banyak terlihat di sepanjang jalan di himpitan gedung-gedung lama. Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami ke Taman Margasatwa Ragunan – Jakarta Selatan.


Sengatan matahari yang begitu terik tak menghalangi niat kami untuk tetap melanjutkan perjalanan kami. Meski sempat tersasar di wilayah Tebet namun akhirnya kami tiba juga di tempat tujuan walaupun sebenarnya keuangan dari kami telah menipis namun kami tetap tenang, sebab ada Ame dan Rommy. Mereka berdua dikenal royal kalau urusan jalan, akh soal gampang...nanti pinjam saja….!!!!!. Disini kami bersantai-santai sambil menikmati teduhnya Jakarta dengan pepohonan yang begitu lebat dan rindang yang sudah jarang sekali ditemui di sudut-sudut Kota Jakarta.


Ada yang membuat kami penasaran, didalam Kebun Binatang ada beberapa orang menawarkan jasa foto sambil memegang ular. Satu kali foto kalau tak salah dipatok Rp. 2000. Saya pribadi penasaran namun jujur saya takut dengan ular, namun melihat salah seorang teman saya (wanita pula, Luthfianti) berani untuk berpose dengan ular, rasa takut itu pun hilang tinggal penasaran saja.aku kalungkan ular di leher aku dan teman ku pun sibuk mengabadikan di dalam digital kamera.


Puas berkeliling kami istirahat sejenak di serambi masjid selepas Shalat. Dan tak lama kami pulang ke Kota Tangerang tercinta.

Monday, April 5, 2010

Journey to the Spooky Islands. Onrust and Cipir

Perjalanan kami dimulai ketika memasuki liburan akhir semester di kampus. Tujuan kami adalah untuk pergi ke pulau yang memiliki banyak keangkeran seperti yang diberitakan di televisi. Terletak di Kabupaten Kepulauan Seribu - DKI Jakarta. Pulau itu yang digunakan sejak zaman kolonial Belanda di Indonesia, digunakan sebagai benteng daerah Batavia pada waktu itu dan juga pernah digunakan sebagai barak karantina bagi para calon jamaah haji yang hendak pergi ke tanah suci di Mekkah. Karena terlalu sibuknya roda kegiatan yang terus berjalan di pulau ini, maka pulau ini bernama Onrust berasal dari bahasa Belanda yang berarti "tidak pernah istirahat" (unrest dalam Bahasa Inggris). Kami berangkat dari Tanjung Pasir Tangerang dengan naik sebuah perahu nelayan yang biasa disewakan kepada pengunjung menuju pulau-pulau. Dan tujuan kami berangkat ke pulau Onrust.

Biaya Rp. 500.000 pergi dan pulang, dan biaya itu kami tanggung bersama. Perjalanan ke pulau Onrust memakan waktu sekitar 1 jam lebih setelah pertama kali berhenti di Pulau Untung Jawa. Karena diantara semua penumpang di perahu, hanya kami yang menuju Pulau Onrust.

Rupanya di sini juga merupakan tempat yang bagus untuk memancing, suasana tenang di sepanjang garis pantai dan juga pohon-pohon lebat yang rindang seperti tempat yang nyaman untuk memancing. Banyak warga Jakarta yang datang ke lokasi wisata ini untuk sekadar melepaskan kepentingan mereka pada hobi yang satu ini. Tapi sayangnya tidak ada alat pancing yang kami bawa ..... d :-(

Lebih masuk ke dalam pulau ini terdapat kawasan pemakaman orang-orang Belanda yang meninggal di pulau ini, berbentuk sebidang tanah yang dibatasi pagar tembok di sekelilingnya. Tampaknya areal makam ini kurang mendapat perhatian walaupun ada banyak di antara beberapa yang masih bisa dikatakan masih bagus. Pantai pulau ini sangat kecil karena di sepanjang garis pantai pulau dibangun pembatas dari beton penahan erosi pantai.

Kondisi laut di sekitar pulau dapat dikatakan lumayan meski masih banyak terlintas sampah-sampah yang mengambang di laut, karena jarak pulau ini dengan daratan Jakarta dapat dilihat oleh mata, dan juga begitu banyak rumput laut dan batu-batu karang kecil yang begitu tajam. Untuk seberapa kedalaman pantai yang pasti tidak terlalu dalam, karena saya dan teman-teman saya berenang terlalu jauh dari pantai, tetapi keadaan kedalamannya tidak lebih dari 2 meter dari garis pantai.

Setelah puas menelusuri pulau Onrust setiap jengkalnya sekarang kita ingin mengeksplorasi situasi pulau terdekat dari pulau Onrust, Pulau Cipir. Begitu dekatnya kedua pulau ini hingga Pemerintah Belanda membangun sebuah jembatan guna menghubungkan kedua pulau. Tapi jembatan sejarah itu kini hanya tinggal pilar-pilarnya saja yang masih kokoh berdiri. Hancur akibat dahsyatnya gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 1883 karena gunung vulkanik Krakatau meletus sampai hancur dan sekarang gunung baru yang menonjol dari permukaan laut yang kita tahu disebut Anak Krakatau.

Situasi di pulau Cipir tidak jauh berbeda alias sama persis dengan tetangga, bahkan mungkin pulau ini keadannya lebih terabaikan lagi.

Sampai pukul 3:15 sore, kami menunggu kapal yang membawa kami untuk menjemput kami dari dermaga Pulau Cipir. Pada pukul 4:30 perahu dan awak telah merapat di dermaga pulau. Tujuan perahu kami tidak bepergian langsung ke Tanjung Pasir Tangerang, tapi akan berhenti pertama di pulau Untung Jawa untuk mengambil penumpang. Dalam perjalanan ke pulau Untung Jawa perahu kami dihantam gelombang laut, karena hari telah beranjak petang sehingga keadaan permukaan laut menjadi bergelombang. Dan kita hanya bisa berpegang pada sesuatu yang dapat kita pegang pada bagian perahu. Karena beban perahu ini hanya kami berjumlah 8 orang ditambah 3 awak. Maka jadilah perahu kami bergoyang-goyang dihantam gelombang laut senja, perahu kami dihempas ombak ganas. Karena beban muatan perahu itu sendiri jumlahnya sedikit dibandingkan dengan beban perahu itu sendiri.

Masih dalam perjalanan antara Cipir - Untung Jawa kita hanya bisa berdoa dan menyerahkan segalanya kepada kehendak Allah. Aku bisa berenang di kolam renang dengan kedalaman 3 meter sekalipun, tetapi berenang di laut, aku tidak tentu. Alhamdulillah, Allah memperpanjang kehidupan kami. Kapal kami merapat di dermaga pulau Untung Jawa. Sejurus kemudian penumpang masuk ke badan perahu mencari tempat duduk, jadi ada beberapa puluh orang masuk ke dalam perahu. Dan sekarang kami melanjutkan perjalanan ke Tanjung Pasir Tangerang, masih setia dengan gelombang laut senja yang beriak. Tapi kapal kami bepergian dalam kondisi yang wajar. Mungkin karena beban kapal menjadi berat yang menyebabkan perahu ini tidak berjalan biasa.

Pada sore hari sekitar pukul 5:15 kapal kami merapat di tepi pantai Tanjung Pasir Tangerang, Alhamdulillah. Kami menikmati perjalanan yang baru saja kami lakukan. Dan tentu saja pengalaman menarik ini akan kami ceritakan kepada anak-anak dan cucu-cucu kita.
He3x

Thursday, March 25, 2010

Rainy Area, Spooky Area. Puncak Highlands Buitenzorg - West Java


Perjalanan ini merupakan perjalanan kami yang entah keberapa kalinya, yang jelas liburan kali ini hanya untuk mengisi kegiatan liburan semester. Tujuan kami yaitu ke tempat wisata yang sudah tak asing lagi ditelinga masyarakat perkotaan seperti Jakarta, Kawasan Puncak Bogor. Yap, hawa yang masih segar dan hamparan perbukitan yang membentang sejauh kabut dingin menutupi jauh dari pandangan mata kami. Yang menghampar hanyalah warna hijau dengan kesegaran yang benar-benar alami.


Seperti yang sudah-sudah, setiap hendak melakukan perjalanan selalu kami rundingan bersama gank kami terlebih dahulu. Bersama yang lainnya aku menyusun planning perjalanan nanti, seperti rute perjalanan, bajet, dan kendaraannya. Biasanya kami rundingan sepulang dari kampus dan berkumpul di tempat kongkow-kongkow favorite, Kedai Weeks - Perum Malabar Tangerang. Ditempat inilah kami mencurahkan apa yang ada di benak. Dan 07 Februari 2010 menjadi tanggal perjalanan kami. Aku, Rommy, Firman, Neng, Tony, Luthfia, dan Dendy berangkat dengan mobil milik temannya Dendy yang sekaligus menjadi pengemudi perjalanan kami. Mang Jek, begitu kami memanggil dirinya.


Perjalanan berangkat dari Tangerang sekitar pukul 06.00 WIB, kami berangkat masuk lewat tol Jakarta – Merak, disambung mengambil jalur tol Jagorawi. Memasuki kawasan Bogor yang terlihat diluar hanya pegunungan yang membiru.


Mobil kami memasuki kawasan rest area yang berada disepanjang jalur tol hanya sekedar untuk buang air kecil. Cuaca kali ini cerah berawan meski pada bulan februari masih masuk ke dalam bulan penghujan. Cahaya matahari bersinar terik dicampur hawa dingin pegunungan. Tak mau berlama-lama di perjalanan kami bergegas melanjutkan perjalanan.


Memasuki jalan raya Puncak, dikiri kanan jalan banyak pedagang menjajakan Talas Bogor, salah satu oleh-oleh khas yang selalu dibawa dari tempat ini. Tak lama kemudian mobil kami telah sampai di pintu gerbang tempat rekreasi Taman Wisata Matahari yang menjadi tujuan pertama kami. Seperti umumnya tempat rekreasi yang pada hari libur selalu dipadati pengunjung, begitu pun di tempat ini. Disini kami berfantasi ria dengan berarung jeram, dan sekedari bersenda gurau bersama kawan di tepian sungai.


Sebelum meninggalkan tempat ini Neng dan Luthfia berbelanja makanan dengan kupon yang kami miliki, dengan kupon ini kami mendapatkan jajanan berupa kue-kue dengan harga yang sangat terjangkau. Sedangkan kami para lelaki hanya bisa menunggu mereka dengan sabar, meski ada sedikit rasa bosan. Dan sudah bisa ditebak, siapa yang akan me makan jajanan yang baru dibeli mereka setibanya mereka didalam mobil, tentu saja para lelakinya yang ikut membantu menghabiskan. Hehehehehe……..!!!!


Kami keluar dari areal Taman Wisata Matahari, tujuan kami selanjutnya adalah Masjid Raya At – Ta`awun yang berada di atas. Disepanjang perjalanan kami disuguhkan oleh pemandangan berupa perkebunan teh yang luas hijau membentang.


Tiba di Masjid Raya kami yang telah melaksanakan Shalat Dzuhur di Kawasan Rekreasi Matahari hanya duduk-duduk di sekeliling teras Masjid membiarkan mata ini lepas memandang dan mengagungi karya Yang Esa. Sementara bagi mereka yang belum menjalankan Shalat Dzuhur bergegas untuk menunaikan. Air di tempat ini begitu dingin, meski cuaca kala itu masih terik, tak membayangkan bagaimana jika malam hari. Di tempat ini kami bercengkerama dengan yang lainnya. Tak lupa juga digital camera yang selalu berada didalam tas Rommy ikut sibuk mengabadikan.


Meninggalkan Masjid Raya mobil kami beranjak kembali menuju dataran yang lebih tinggi lagi yang di tempat itu dijadikan landasan salah satu olahraga paralayang gantole atau parasut. Dari tempat ini kai dapat memandangi wilayah puncak secara takjub, jalur puncak seperti liukan ular jika dilihat dari atas, masjid Raya pun juga nampak dari tempat ini.kami Shalat Ashar secara bergantian di salah satu mushalla di tempat ini karena ukuran mushalanya yang begitu kecil yang hanya dapat menampung 4 orang.


Perjalanan pulang jalur Puncak begitu lancar, sebab arah berlawanan telah ditutup. Ditengah perjalanan kami diguyur hujan yang lumayan lebat, maka jadilah perjalanan balik kami diisi dengan tidur.


Kami istirahat di rest area Ciledug jalur tol Jakarta – Merak untuk menunaikan Shalat Maghrib yang hampir habis. Kemudian melanjutkan kembali perjalanan pulang menuju Kota Tangerang tercinta.