Perjalanan dimulai ketika kami mulai merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Puncak saat libur Idul Adha 2009 gagal ... Jadi kami membuat jadwal perjalanan kami tanpa tujuan yang jelas, alias masih tak menentu. Rommy teman aku menyarankan perjalanan ke Tangkubanperahu. Saya setuju saja karena aku sendiri belum pernah ke tempat itu. Beberapa teman ada yang tidak setuju meski masih ada keraguan, tapi jadwal tetap jalan. Bagi saya perjalanan itu tidak buruk jika dilakukan dalam jumlah yang banyak, masalahnya saya sudah memiliki pengalaman ketika berjalan dalam jumlah banyak. Ribed atau membingungkan untuk tetap bersama dengan teman-teman yang lain, karena aku punya pengalaman beberapa teman menghilang ketika waktu itu kami piknik ke suatu tempat, sebagian dari mereka pergi bersama beberapa teman yang lain sampai akhirnya mereka terpisahkan dari yang lain meski kemudian akhirnya mereka ditemukan.... Itu sebabnya aku paling malas kalau mengadakan perjalanan dengan banyak anggota, takut kejadian yang lalu terjadi kembali.
Tak lama beberapa kemudian sebagian kawan-kawan menyatakan keengganan mereka untuk ikut serta. Berbagai alasan mereka meluncurkan ... Sang pencetus ide Rommy kecewa .. Cugak jugo kaw Rom lantak wong galo, He3x. Aku menyarankan agar perjalanan kali ini bertujuan ke Rahong Curug Parung Panjang Sementara Rommy akan pulang kampong ke Jambi
Berangkat dari Tangerang pukul 7:30 pm, motor meluncur membelah jalan menuju ke Parung Panjang. Pada awalnya saya pikir jalan-Parung Panjang Legok masih hancur seperti setahun yang lalu, karena saya dan eman-teman kerja saya setahun sebelumnya pernah juga menyempatkan diri ke Curug Rahong setelah kami semua PHK dari pekerjaan. Ternyata jalan-jalan dalam kondisi baik meski masih ada beberapa sudut jalan yang rusak meskipun baru diperbaiki. Alasan yang masuk akal karena yang melintasi jalur ini truk-truk besar yang membawa muatan beban batu kali.
Setibanya di rumah Rojak, kami istirahat sejenak untuk merenggangkan kaki. Ditemani secangkir kopi dan segelas susu dan kemudian melanjutkan kembali perjalanan ke Curug Rahong.
Kondisi jalan hancur seperti menguji tekad kami, kondisi jalan benar-benar rusak parah ditambah lagi sebuah truk terguling menghadang jalan menambah ujian buat kami.
Tiba di Kampung Rengasjajar, Kelurahan Cigudeg, Kabupaten Bogor - Jawa Barat, kami disambut oleh sekelompok pemuda desa setempat yang menjual botol-botol air mineral dengan sedikit memaksa, alasan untuk memperbaiki jalan kampung. Huh ... daripada mencari perkara dengan mereka di wilayah orang lebih baik menyerah. Kami membeli 3 botol, dan sialnya 1 botol dihargai oleh mereka sebesar 5 ribu.
Masuk ke perkampungan penduduk aada sebuah tempat penitipan sepeda motor, kemudian menembus perkampungan warga melalui jalan desa yang sempit.
Setelah melewati perkampungan warga, kami harus menembus sebuah hutan dengan kondisi hutan yang masih cukup baik, masih dipertahankan. Kita harus meniti jalan hutan berbentuk lereng yang setapak dengan di sisi kanan kami aliran sungai.
segala kelelahan kami terbayarkan sudah begitu terdengar dari jauh suara gemuruh air dari kejauhan, dan di depan kami telah nampak Curug Rahong. Aku terus memainkan kembali memori setahun yang lalu dengan teman-teman lama, ketika kami berkunjung pada hari Kamis yang benar-benar tidak ada pengunjung sama sekali lain selain kami, ha3x. Di
Kami datang ke tempat ini pada hari Minggu, cukup banyak pengunjung yang datang. Aku begitu menikmati Shalat Zuhur aku di batu besar di tepian sungai sebab disini tak ada fasilitas umum seperti Mushalla ataupun toilet. Begitu tenang dan damai rasanya ketika aku menghadapNya di tempat ini.
Aku, Rojak, dan Nunu berenang atau sekedar main air di dekat air terjun.
Tempat ini benar-benar hampir merenggut nyawa saya ketika aku dan Rojak menuruni tebing dengan kisaran tinggi 3-4 meter. Aku dan Rojak turun dengan merayap di dinding tebing. Dari bawah sini merupakan tempat yang benar-benar bagus terlebih untuk diabadikan dalam sebuah kamera. Ketika aku naik merayap kembali, entah bagaimana kedua tangan aku tiba-tiba kram. Aku tidak bisa bergerak, jika aku banyak bergerak saja mungkin aku bisa terhempas ke bawah dengan kondisi tulang patah, atau mungkin lebih buruk lagi nyawa saya bisa hilang di tempat ini. Di atas, Nunu yang masih sibuk mengambil gambar ikut menarik tanganku. Namun aku tak yakin tenaganya akan bisa mengangkatku. Aku dibantu oleh seorang pria yang kalau aku perkirakan berusia sama denganku, saya di tarik ke atas dan Alhamdulillah. Tuhan Loen pujoe, teunimeng kaseh ya Rabb. Aku selamat, saya ucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan. dan juga Nunu, aku berutang nyawa.
Kami beristirahat dulu di rumah Rojak sebelum melanjutkan ke Tangerang. Makan somay didampingi oleh beberapa makanan ringan yang masih tersisa, dan juga menunaikan Shalat Maghrib. Kemudian barulah kami melanjutkan perjalanan kami kembali ke Kota Tangerang tercinta, kami tiba di Tangerang pada pukul 8 malam.
begitu sampai rumah aku langsung makan malam dan kemudian membanting tubuh di atas tepat tidur saya. Ah .... lezat ..
Here are some of the pictures from our trip. To see photos and more information, please visit my facebook (ian_areeydzal@yahoo.com)
No comments:
Post a Comment
Please leave a comment 4 this page