Katrok neulangkah neulangkah neuwo bak kamoe
Amanah nabi...ya nabi hana meu ubah-meu ubah
Syuruga indah...ya Allah pahala prang sabi
Ureueng syahid la syahid bek ta khun mat
Beuthat beutan...ya Allah nyawoung lam badan
Ban sar keunung la keunung senjata kaf la kaf
Keunan datang...ya Allah pemuda seudang
Djimat kipah la kipah saboh bak jaroe
Jipreh judo woe ya Allah dalam prang sabi
Gugur disinan-disinan neuba u dalam-u dalam
Neupuduk sajan ya Allah ateuh kurusi
Ija puteh la puteh geusampoh darah
Ija mirah...ya Allah geusampoh gaki
Rupa geuh puteh la puteh sang sang buleuen trang di awan
Wat tapandang...ya Allah seunang lam hatee
Darah nyang hanyi nyang hanyi gadoh di badan
Geuganto le tuhan...ya Allah deungan kasturi
Di kamoe Aceh la Aceh darah peujuang-peujuang
Neubi beu mayang...ya Allah Aceh mulia
Subhanallah wahdahu wabi hamdihi
Khalikul badri wa laili adza wa jalla
Ulon peujoe poe sidroe poe syukur keu rabbi ya aini
Keu kamoe neubri beusuci Aceh mulia
Tajak prang meusoh beureuntoh dum sitre nabi
Yang meu ungkhi ke rabbi keu poe yang esa
Soe nyang hantem prang chit malang ceulaka tubuh rugoe roh
Syuruga tan roeh rugoe roh bala neuraka
Soe-soe nyang tem prang cit meunang meutuwah teubuh
Syuruga that roeh nyang leusoeh neubri keugata
Lindong gata sigala nyang muhajidin mursalin
Jeut-jeut mukim ikeulim Aceh mulia
Nyang meubahagia seujahtera syahid dalam prang
Allah peulang dendayang budiadari
Oeh kasiwa-sirawa syahid dalam prang dan seunang
Dji peurap rijang peutamong syuruga tinggi
Budiyadari meuriti di dong dji pandang
Di cut abang jak meucang dalam prang sabi
Oh ka judo teungku syahid dalam prang dan seunang
Dji peurap rijang peutamong syuruga tinggi
Hikayat Prang Sabi adalah sebuah hikayat yang dibuat atau ditulis oleh Tengku Chik Pante kulu yang merupakan sebuah epik yang membentuk irama dan nada yang sangat heroik yang membangkitkan semangat para pejuang Aceh dari masa penjajahan Portugis sampai masa kolonial Belanda.
Hikayat Prang Sabi adalah salah satu inspirasi utama dalam menentukan perjuangan rakyat Aceh. Sebab Aceh sangat akrab dengan puisi-puisi perjuangan Islam, puisi yang penuh dengan nilai esensi keadilan. Hikayat ini begitu merasuk di sanubari rakyat Aceh sehingga makna yang tersirat dari Hikayat Prang Sabi masih mempengaruhi kehidupan Rakyat Aceh, menjadikan manusia-manusia yang berani bermain dengan nestapa dan menyatu dengan derita selama Syahadah Tauhid masih teguh di hati mereka.
Jika kita belajar dari sejarah, Aceh adalah negara yang paling ditakuti oleh Portugis dan sulit untuk ditaklukkan oleh Belanda sejak tahun 1873, dan Jepang. Ribuan taktik perang yang digunakan oleh para penjajah tetapi tetap tidak dapat dikuasai disebabkan berkat keunggulan taktik perang gerilya Aceh. Sejarah mencatat bahwa perang kolonial di Aceh adalah yang terberat, terpanjang, dan yang paling banyak memakan korban perang dan kolonial.
Atas perintah Teuku Cik Di Tiro tahun 1881, sebelum berangkat ke medan perang Hikayat Prang Sabi dibacakan di Meunasah ( Masjid ) sawyah-sawyah di desa-desa, untuk mengobarkan semangat jihad kepada warganya. Bukan hanya kaum lelaki yang turun ke medan laga, kaum wanitanya pun turut serta berjuang mengusir peunjajah kapee atau penjajah kafir dari Tanah Rencong. Mereka disebut sebagai inong balee atau wanita-wanita pejuang. Laksamana Keumalahayati dan Cut Nyak Dhien merupakan bukti nyata pengaruh dari Hikayat Prang Sabi yang berdenyut di nadi-nadi perjuangan mereka.
Dan hasil pertempuran di Kuto Lengat Biru pada 14 Juli 1904 wanita dan anak-anak yang menjadi korban perang tercatat 316 orang. Semangat jihad yang tertuang di Hikayat Prang Sabi inilah yang terus mengobarkan api Jihad di hati Rakyat Aceh.
Pihak Belanda mulai putus asa untuk mengatasi, maka Belanda mengutus Dr. Snouck disusupkan untuk mempelajari kebudayaan Aceh dan untuk menemukan cara berpikir rakyat Aceh, sikap dan perilaku masyarakat Aceh. Tujuh bulan di Peukan, Dr. Snouck bergaul sangat erat dengan ulama. Dan diam-diam, hampir setiap malam, dia mencatat semua percakapannya dengan para ulama, susunan masyarakat Aceh, dan posisi ulama di mata rakyat Aceh. Lalu, dengan rapi dicatatnya dan kemudian didedikasikan kepada Gubernur Jenderal di Batavia.
Tidak cukup untuk dicatat bahwa Dr. Snouck kemudian membuat buku berjudul, De Atjehers, yang menggambarkan susunan lengkap masyarakat Aceh, kebudayaan, sampai posisi Ulama. Karya itu segela menjadi terkenal, dan bahkan menerima pujian dari para orientalis sebagai karya yang lengkap mengupas kebudayaan Islam di Aceh. Dan bagi Belanda sendiri, itu menjadi sebuah referensi untuk mengembangkan taktik perlawanan terhadap rakyat Aceh. Dan terbukti, Aceh kemudian dapat dikalahkan.
Salah satu bagian terpenting dari Hikayat Prang Sabi adalah pendahuluan atau mukadimah. Yang juga merupakan bagian dari ayat ini dengan jelas menunjukkan tujuan-tujuan tertulis dari Hikajat Prang Sabi, dalam hubungannya dengan perang melawan Belanda. Setelah diawali dengan puji-pujian kepada Allah Pencipta alam semesta, puisi dalam pembukaan terus menerus mengajak untuk perang Sabil. Juga menyebutkan hadiah yang dapat diperoleh bagi mereka yang berjuang dalam perang Sabilillah (Jalan Allah). Salah satu ganjaran bagi mereka yang gugur berperang sebagai syahid dalam perang akan bertemu dengan bidadari-bidadari di dalam Firdaus.
No comments:
Post a Comment
Please leave a comment 4 this page